Budidaya Alpukat/ Avokad - Budidaya Petani. Tanaman alpukat banyak sekali manfaatnya sehingga banyak orang yang ingin melakukan 
budidaya alpukat. Dalam 
budidaya pohon alpukat ini banyak hal yang perlu diperhatikan supaya hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Mari kita belajar bersama-sama tentang bagai mana tentang budidaya tanaman alpukat/ avokad tersebut.
 
Nama alpukat di setiap daerah berbeda-beda sebutannya, misalnya alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah),                boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo                pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain. Tanaman alpukat berasal dari                dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara                tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat                dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas                unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya                di daerah dataran tinggi.
Tanaman alpukat ada 3 tipe                keturunan/ras, jika berdasarkan sifat ekologis, yaitu:.             
A. Ras Meksiko
- Jenis  alpukat ini berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador yang  beriklim                semi tropis dgn ketinggian antara 2.400-2.800 M  dpl. Ras Meksiko                tahan terhadap suhu dingin.Jenis ini                 mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Waktu yang  diperlukan dari bunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang                 6 bulan. Buahnya kecil yang beratnya sekitar 100-225 gr, bentuk  jorong (oval),                bertangkai pendek, kulitnya tipis dan  licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging                buah  mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. 
B. Ras Guatemala 
- Jenis  Alpukat ini berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dengan beriklim                 sub tropis yg cocok ditanam pada ketinggian sekitar  800-2.400 M dpl. Berbeda dengan ras Meksiko, ras ini kurang                 tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 derajat C). Daunnya  tidak berbau adas. Buah mempunyai                ukuran yang cukup  besar, beratnya sekitar 200-2.300 gr, kulit                buah tebal,  keras, mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil).  Daging buah mempunyai                 kandungan minyak yang sedang. Waktu yang diperlukan dari  bunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang                6 bulan 9-12                 bulan. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel                 erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat.
C. Ras Hindia Barat
- Jenis  Alpukat ini berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika                 Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 M  dpl.                Ciri-cirinya adalah sangat peka terhadap suhu  rendah, dengan toleransi                sampai minus 2 derajat C,  daunnya tidak berbau adas, warna daunnya                lebih terang  dibandingkan dengan kedua ras yang lain, berat buah sekitar 400-2.300  gram, tangkai pendek, kulit                buah licin agak liat dan  tebal. .                Kandungan minyak dan daging buahnya paling  rendah. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga.                Biji besar  dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar.
Varietas-varietas alpukat di Indonesia yaitu: 
A. Varietas unggul
Disebut varietas unggul karena  produksinya                tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit,  buah seragam berbentuk                oval dan berukuran sedang, daging  buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada                 rongga biji, serta kulit buahnya licin. Contoh varietas  alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang                dan ijo bundar.  Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:
- Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar                  6-8 m.
- Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi                   rata, alpukat ijo bundar bulat panjang dengan tepi berombak.
- Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada                   lokasi dan kesuburan lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus,                   tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan.
- Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14                  cm), alpukat ijo bundar 9 cm.
- Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata                   50 kg), alpukat ijo bundar 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30                   kg).
- Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar                  0,3-0,4 kg.
- Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform),                  alpukat ijo bundar lonjong (oblong).
- Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat                  ijo bundar enak, gurih, agak kering.
- Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8                  cm), alpukat ijo bundar 7,5 cm.
B. Varietas lain
Varietas alpukat kelompok ini  merupakan plasma nutfah                Instalasi Penelitian dan  Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang.                Beberapa varietas  alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung,                Malang  adalah alpukat merah panjang, edranol, dickson, butler,                 winslowson, benik, puebla, furete, mexcola,                duke, ryan,  leucadia, collinson, waldin, ganter, queen dan merah bundar.
3. MANFAAT TANAMAN
Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah                buahnya sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging                buah alpukat yang biasa dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan                sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai masakan. Manfaat                lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar kosmetik.              
Bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya                yang muda sebagai obat tradisional (obat batu ginjal, rematik).
Manfaat alpukat untuk kesehatan antara lain 
1. Manfaat Alpukat untuk mengobati darah tinggi :- Bahan : 3 lembar daun alpokat
- Caranya : dicuci bersih lalu diseduh dengan 1 gelas air panas. Setelah dingin diminum sekaligus.
2. Manfaat Alpukat untuk kulit muka kering: - Bahan : Buah alpukat yang masak
- Caranya : diambil isinya lalu dilumatkan sampai seperti bubur.   Dipakai untuk masker, dengan cara memoles muka yang kering. Muka dibasuh   dengan air setelah lapisan  masker alpokat tersebut mengering. 
  3. Manfaat Alpukat untuk sariawan: - Sebuah  isi alpokat yang sudah masak diberi 2 sendok makan madu  murni, diaduk  merata lalu dimakan. Lakukan setiap hari sampai sembuh. 
 4. Manfaat Alpukat untuk kencing batu:- Bahan : 4 lembar daun alpokat, 3 buah rimpang teki, 5 tangkai daun randu,  setengah biji pinang, 1 buah pala, 3 jari gula enau.
- Caranya : bahan dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai   tersisa 2 1/4 gelas.    Setelah dingin disaring lalu diminum. Sehari 3  x  3/4 gelas. 
 5. Manfaat Alpukat untuk sakit gigi berlubang: - Caranya : Lubang pada gigi dimasukkan bubuk biji alpokat. 
6. Bengkak karena Peradangan:- Caranya : Bubuk dari biji secukupnya ditambah sedikit air sampai  menjadi adonan seperti bubur, balurkan kebagian tubuh yang sakit. 
7. Manfaat Alpukat untuk kencing manis:- Biji  dipanggang di atas api lalu dipotong kecil-kecil dengan  golok, kemudian  digodok dengan air bersih sampai airnya menjadi coklat.  
- Saring, minum setelah dingin.
 8. Teh daun alpokat 
Baik  untuk menghilangkan rasa sakit kepala, nyeri lambung, bengkak pada   saluran napas, rasa nyeri syaraf  (Neuralgia)  dan datang haid tidak   teratur
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia, tanaman alpukat masih merupakan tanaman                pekarangan, belum d
ibudidayakan dalam skala usahatani. Daerah penghasil                alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi                Selatan, dan Nusa Tenggara. 
Syarat Pertumbuhan Tanaman Alpukat 
A. Media Tanam
-   Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis                   tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam)                   dan lempung endapan.
- Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur,                   tidak mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air  yang                  baik), subur dan banyak mengandung bahan organik. 
-  Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar                   antara pH sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di  bawah                  5,5 tanaman akan                  menderita  keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah                   yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur                   fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan berkurang. 
B. Iklimnya
-  Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Jenis Alpukat                 Ras Hindia Barat  dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran                   rendah                   beriklim tropis dengan curah hujan 2500  mm/tahun. Untuk daerah                  dengan curah hujan kurang dari  kebutuhan minimal (2-6 bulan kering),                  tanaman alpukat  masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal                  2  m.
- Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses                   penyerbukan. Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6  km/jam                  dapat dapat mematahkan ranting dan percabangan  tanaman alpukat                  yang tergolong lunak, rapuh dan mudah  patah.
-  Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar                   40-80 %. Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap                   cuaca dingin dan iklim                  kering, bila  dibandingkan dengan ras Hindia Barat. 
-  Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3                   derajat C. Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di  dataran rendah                  sampai dataran tinggi, tanaman alpukat  dapat mentolerir suhu udara antara 15-30                  derajat C atau  lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung                   ras masing-masing, antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi                   sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, dan                   Hindia Barat sampai 2 derajat C. 
C. Ketinggian Tempat Tanam
Pada  umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran                rendah  sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 M dpl. Namun tanaman                 ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian                 200-1000 m dpl. Untuk jenis alpukat  Meksiko dan Guatemala                lebih cocok ditanam di daerah  dengan ketinggian 1000-2000 m dpl.,                sedangkan ras Hindia  Barat pada ketinggian 5-1000 M dpl.
Pedoman Budidaya Alpukat/ Avokad
A.Persyaratan Bibit 
Bibit alpukat yang baik antara lain yang berasal dari 
  a) Buah yang sudah cukup tua.
  b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
  c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin                kemungkinan adanya persarian bersilang.
B. Penyiapan Bibit Alpukat
- Bibit  alpukat hanya dapat diperoleh                secara generatif (melalui  biji) dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten                dan  penyambungan mata/okulasi).Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh  dari biji kurang menguntungkan                karena tanaman lama  berbuah (6-8 tahun) dan ada kemungkinan buah                yang  dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun  enten                lebih cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah yang  didapatkannya mempunyai                sifat yang sama dengan induknya. 
C. Teknik Penyemaian Bibit
-Penyambungan pucuk/ enten
- Pohon  pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman                yang  sudah berumur 6-7 bulan/dapat juga yang sudah berumur 1 tahun,                 tanaman berasal dari biji yang berasal dari buah yang telah tua                 dan masak, tinggi 30 cm/kurang, dan yang penting jaringan  pada pangkal                batang belum berkayu. Sebagai cabang  sambungannya digunakan ujung                dahan yang masih muda dan  berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan                tersebut dipotong  miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon                pokok  sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dalam                 belahan di samping pohon pokok yang diikat/dibalut. Bahan yang baik                 untuk mengikat adalah pita karet, plastik, rafia/kain  berlilin.                Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok  dilakukan serendah mungkin                supaya tidak dapat kuncup pada  tanaman pokok. Enten-enten yang telah                disambung  diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, dan lembab.                 Setiap hari tanaman disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit                 sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama  tungau                putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya  dicegah dengan semprotan                kelthane. Bibit biasanya sudah  dapat dipindahkan ke kebun setelah                berumur 9-16 bulan,  dan pemindahannya dilakukan pada saat permulaan                musim  hujan
- Penyambungan mata/ okulasi
Okulasi  dilakukan pada pohon                pangkal berumur 8-10 bulan. Sebagai  mata yang akan diokulasikan                diambil dari dahan yang  sehat, dengan umur 1 tahun, serta matanya                tampak jelas.  Waktu yang paling baik untuk menempel yaitu pada saat                 kulit batang semai mudah dilepaskan dari kayunya. Caranya adalah                 kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm dan lebarnya 8 mm.  Kulit                tersebut dilepaskan dari kayunya dan ditarik ke  bawah lalu dipotong                6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata  dengan sedikit kayu dari cabang                mata (enthout), kayu  dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata.                Kulit yang  bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah                 disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan                 sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dengan pita  plastik.                Bila dalam 3-5 hari matanya masih hijau, berarti  penempelan berhasil. Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali  plastik                dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang  sedalam setengah diameternya,                kira-kira 5-7,5 cm di                atas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata  dapat                lebih cepat. Setelah batang yang keluar dari mata  mencapai tinggi                1 m, maka bagian pohon pokok yang  dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya                 diratakan, kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan.                 Pohon okulasi ini dapat               dipindahkan ke kebun  setelah berumur 8-12 bulan dan pemindahan yang                paling  baik adalah pada saat permulaan musim hujan. Dalam perbanyakan                 vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelembaban udara                 agar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat  penyambungan                jangan terlalu tinggi (antara 15-25°C).  Selain itu juga jangan                dilakukan pada musim hujan lebat  serta terlalu banyak terkena sinar                matahari langsung.  Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara                rutin  dan dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dengan                 penyiraman, yaitu dengan melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam                 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dengan dosis  sesuai                anjuran dalam kemasan. Sedangkan pengendalian hama  dan penyakit                dilakukan bila perlu saja
Pengolahan Media Tanam
- Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dengan                baik; harus bersih dari pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul                bekas tanaman, serta batu-batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, lalu                dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat                musim kering sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim hujan.
Teknik Penanaman Alpukat
A. Pola Penanaman
- Pola  penanaman alpukat dilakukan secara                kombinasi antara  varietas-varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan                 varietas tanaman alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri,                 kecuali varietas ijo panjang yang memiliki tipe bunga A. Ada 2  tipe                bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia,  yaitu tipe A                dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe  bunga A adalah ijo panjang,                ijo bundar, merah panjang,  merah bundar, waldin, butler, benuk,                dickinson, puebla,  taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong tipe                B adalah  collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal,                 ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua                 tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan                 harus dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe  bunga A dan                tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling  menyerbuki satu sama                lain. 
B. Pembuatan Lubang Tanam
- Tanah  digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing                   75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2                   minggu. 
- Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.
- Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula.                   Tanah bagian atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk kandang  sebelum                  dimasukkan ke                 dalam lubang.
- Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk                  memindahkan mengingat letak lubang tanam.
C. Cara Penanaman 
Waktu  penanaman yang tepat adalah pada awal musim                hujan dan  tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami                 penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanah yang ada dalam                 lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini  untuk                menghindari tergenangnya air bila disirami atau  turun hujan.
Langkah-langkah :
- Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran                  sebesar wadah bibit.
- Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya                  agar gumpalan tanah tetap utuh.
- Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam                   lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke  ajir.
- Setiap bibit alpukat  sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar                   matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan.                   Naungan tersebut dibuat miring dengan bagian yang tinggi di  sebelah                  timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh  tunas-tunas baru atau                  lebih kurang 2-3 minggu.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiangan 
- Gulma  merupakan saingan dalam memperoleh                makanan, gulma juga  merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu,                 agar tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut                 harus disiangi (dicabut) secara rutin. 
Penggemburan Tanah
- Tanah  yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin                padat  dan udara di dalamnya semakin sedikit sehingga akar tanaman                 tidak dapat leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah  di sekitar tanaman perlu                digemburkan dengan hati-hati  agar akar tidak putus.
Penyiraman
- Bibit alpukat  yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga                 penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram                 adalah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu  disiram lagi. 
Pemangkasan Tanaman
- Pemangkasan  hanya dilakukan pada cabang-cabang yang                tumbuh terlalu  rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan                 dilakukan secara hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari  infeksi penyakit dan luka bekas                pemangkasan sebaiknya  diberi fungisida/penutup luka.
Pemupukan 
- Dalam  budidaya tanaman alpukat diperlukan program                pemupukan  yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman                 alpukat, khususnya akar-akar rambutnya, hanya sedikit dan  pertumbuhannya                kurang ekstensif maka pupuk harus  diberikan agak sering dengan dosis                kecil. Jumlah pupuk  yang diberikan tergantung pada umur tanaman.                Bila program  pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP                 (50% P), dan KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun)                 diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1  kg/pohon,                0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk  tanaman umur produksi                (5 tahun lebih) diberikan urea,  TSP, dan KCl masing-masing sebanyak                2,22-3,55 kg/pohon,  3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya                diberikan 4  kali dalam setahun. 
Mengingat tanaman alpukat  hanya mempunyai sedikit                akar rambut, maka sebaiknya pupuk  diletakkan sedekat mungkin dengan                akar. Caranya dengan  menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40                cm, di  mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman,                 melingkari tanaman
Hama dan Penyakit Alpukat
Hama pada Daun 
1) Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf) 
- Ciri:  Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak                putih  dan dipenuhi rambut putih. Kepala dan ekor berwarna merah                 menyala. Gejala: Daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan.                 Pada serangan yang hebat, daun habis sama sekali tetapi  tanaman                tidak akan mati, dan terlihat kepompong  bergelantungan. Pengendalian: Menggunakan insektisida yang mengandung                 bahan aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50  EC dengan                dosis 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan  dosis 2-3 cc/liter. 
2) Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)
- Ciri:  Sayap kupu-kupu dapat mencapai ukuran 25 cm                dengan warna  coklat kemerahan dan segitiga tansparan. Ulat berwarna                 hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm dan mempunyai duri yang  berdaging. Pupa terdapat di                dalam kepompong yang berwarna  coklat.Gejala: Sama dengan gejala serangan ulat kipat, tetapi                 kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun.  Pengendalian: Sama dengan pemberantasan ulat kipat.
3) Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis                kapas.
- Ciri:  Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig                coklat.  Hama ini mengeluarkan embun madu yang biasanya ditumbuhi                 cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam dan semut berdatangan.  Gejala: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan                yang  hebat tanaman akan kerdil dan terpilin. Pengendalian: Disemprot dengan  insektisida berbahan                aktif asefat/dimetoat, misalnya  Orthene 75 SP dengan dosis 0,5-0,8                gram/liter atau Roxion  2 cc/liter.
4) Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus                citri Risso
- Ciri:  Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan                sampai  merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai                 tonjolan di tepi tubuh dengan jumlah 14-18 pasang dan yang  terpanjang                di bagian pantatnya. Gejala: Pertumbuhan  tanaman terhambat dan kurus.                Tunas muda, daun, batang,  tangkai bunga, tangkai buah, dan buah                yang terserang akan  terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih,                dan lama  kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot dengan insektisida yang  mengandung                bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat,  atau karbaril. Misalnya                anthion 30 EC dosis 1-1,5  liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dari konsentrasi                fomula. 
5) Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
- Ciri:  Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah                kecoklatan,  sedangkan tungau jantan hijau kekuningan/kemerahan.                 Terdapat beberapa bercak hitam, kaki               dan bagian mulut  putih, ukuran tubuh 0,5 mm. Gejala: Permukaan daun berbintik-bintik  kuning yang                kemudian akan berubah menjadi merah tua  seperti karat. Di bawah                permukaan daun tampak anyaman  benang yang halus. Serangan yang hebat                dapat menyebabkan  daun menjadi layu dan rontok. Pengendalian: Disemprot dengan akarisida  Kelthan MF                yang mengandung bahan aktif dikofoldan, dengan  dosis 0,6-1 liter/ha.
Hama pada Buah
1) Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)
- Ciri:  Ukuran tubuh 6 - 8 mm dengan bentangan sayap                5 - 7 mm.  Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih dan                 bagian perut coklat muda dengan               pita coklat tua. Stadium  larva berwarna putih pada saat masih muda                dan kekuningan  setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm. Gejala: Terlihat bintik  hitam/bejolan pada permukaan                buah, yang merupakan tusukan  hama sekaligus tempat untuk meletakkan                telur. Bagian  dalam buah berlubang dan busuk karena dimakan larva. Pengendalian:  Dengan umpan minyak citronella/umpan                protein malation  akan mematikan lalat yang memakannya. Penyemprotan                 insektisida dapat dilakukan antara lain dengan Hostathion 40 EC                 yang berbahan aktif triazofos dosis 2 cc/liter dan tindakan yang                 paling baik adalah memusnahkan semua buah yang terserang  atau membalik                tanah agar larva terkena sinar matahari dan  mati.
2) Codot (Cynopterus sp)
- Ciri:  Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih                kecil  menyerang buah-buahan pada malam hari. Gejala: Terdapat bagian buah yang  berlubang bekas                gigitan. Buah yang terserang hanya yang  telah tua, dan bagian yang                dimakan adalah daging buahnya  saja. Pengendalian: Menangkap codot menggunakan jala/menakut-nakutinya                 menggunakan kincir angin yang diberi peluit sehingga dapat  menimbulkan                suara.              
Hama pada Cabang/Ranting
1) Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth /                Xylosandrus morigerus Bldf). 
- Ciri:  Kumbang yang lebih menyukai tanaman kopi ini                berwarna  coklat tua dan berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih                 dan panjangnya 2 mm. Gejala: Terdapat lubang yang menyerupai terowongan                 pada cabang atau ranting. Terowongan itu dapat semakin  besar sehingga                makanan tidak dapat tersalurakan ke daun,  kemudian daun menjadi                layu dan akhirnya cabang atau  ranting tersebut mati. Pengendalian: Cabang/ranting yang terserang  dipangkas                dan dibakar. Dapat juga disemprot insektisida  berbahan aktif asefat                atau diazinon yang terkandung dalam  Orthene 75 SP dengan dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter                 dan Diazinon 60 EC dosis 1-2 cc/liter.
Penyakit yang disebabkan Jamur 
1) Antraknosa 
- Penyebab:  Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.)                sacc. Yang  mempunyai miselium berwarna cokleat hijau sampai hitam                 kelabu dan sporanya berwarna jingga. 
- Gejala: Penyakit ini menyerang  semua bagian tanaman,                kecuali akar. Bagian yang  terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian                daun, bunga,  buah/cabang tanaman yang terserang akan gugur. Pengendalian: Pemangkasan  ranting dan cabang yang                mati. Penelitian buah dilakukan  agak awal (sudah tua tapi belum                matang). Dapat juga  disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif                maneb  seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 minggu                 sebelum pemetikan dengan dosis 2-2,5 gram/liter.
2) Bercak daun atau bercak cokelat
- Penyebab:  cercospora purpurea Cke./dikenal juga dengan                 Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap                 dan menyukai tempat lembab. Gejala: bercak cokelat muda  dengan tepi cokelat tua                di permukaan daun atau buah. Bila  cuaca lembab, bercak cokelat berubah                menjadi  bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang  yang dapat                dimasuki organisme lain.Pengendalian:  Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP                yang mengandung  benomyl, dengan dosis 1-2 gram/liter atau dapat                juga  dengan mengoleskan bubur Bordeaux.
3) Busuk akar dan kanker batang
- Penyebab:  Jamur Phytophthora yang hidup saprofit di                tanah yang  mengandung bahan organik, menyukai tanah basah dengan                 drainase jelek. Gejala: Bila tanaman yang terserang akarnya maka  pertumbuhannya                menjadi terganggu, tunas mudanya jarang  tumbuh. Akibat yang paling                fatal adalah kematian pohon.  Bila batang tanaman yang terserang                maka akan tampak  perubahan warna kulit pada pangkal batang. Pengendalian: drainase perlu  diperbaiki, jangan sampai                ada air yang menggenang/dengan  membongkar tanaman yang terserang                kemudian diganti dengan  tanaman yang baru. 
4) Busuk buah
Penyebab:  Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini                menyerang  apabila ada luka pada permukaan buah. Gejala: Bagian yang pertama kali  diserang adalah                ujung tangkai buah dengan tanda adanya  bercak cokelat yang tidak                teratur, yang kemudian menjalar  ke bagian buah. Pada kulit buah                akan timbul  tonjolan-tonjolan kecil. Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/  semprotkan                fungisida Velimex 80 WP yang berbahan aktif  Zineb, dengan dosis                2-2,5 gram/liter.
Ciri-ciri buah yang sudah tua tetapi belum masak adalah:              
- warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah dan tidak                  mengkilap;
- bila buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi                  yang nyaring;
- bila buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.
Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan                pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar                sampai enam bulan kemudian, karena buah alpukat biasanya tua setelah 6-7 bulan dari saat bunga mekar.                Untuk memastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh.                Bila buah-buah contoh
tersebut masak dengan baik, tandanya buah tersebut telah tua dan                siap dipanen. 
Cara Panen Alpukat
- Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual,                yaitu dipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak                memungkinkan untuk dipanjat, maka panen dapat dibantu dengan menggunakan                alat/galah yang diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat                dipanen, buah harus dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi                pada bagian dekat tangkai buah.
Periode Panen
- Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal                musim hujan, dan musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember,                Januari, dan Februari. Di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk                pertanaman alpukat, musim panen dapat terjadi setiap bulan.
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh                dan berbuah baik dapat mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata                yang dapat diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg. 
Pencucian 
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam                kotoran yang menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran.                Cara pencucian tergantung pada kotoran yang menempel.
Penyortiran 
Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat                petani, dengan tujuan memilih buah yang baik dan memenuhi syarat,                buah yang diharapkan adalah yang memiliki ciri sebagai berikut:              
-  Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak. 
-  Cukup tua tapi belum matang. 
-  Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri                  dari 3 buah atau berbobot maksimal 400 g. 
-  Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk                  lonceng.
Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar                negeri adalah buah alpukat yang dagingnya berwarna kuning mentega                tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, semua                syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan. 
Pemeraman dan Penyimpanan             
- Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk                mencapai tingkat kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah                petik (bila buah dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila                tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam                terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman                karena tenggang waktu ini disesuaikan dengan lamanya perjalanan                untuk sampai di tempat tujuan. Cara pemeraman alpukat masih sangat                sederhana. Pada umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung                goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan                di tempat yang kering dan bersih. Karena alpukat mempunyai umur                simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi),                maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan                dengan menyimpannya dalam ruangan bersuhu 5 derajat C. Dengan cara                tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat samapai 30-40 hari.              
Pengemasan dan Pengangkutan
- Kemasan adalah wadah/tempat yang digunakan untuk mengemas                suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk                diekspor. Untuk pemasaran di dalam negeri, buah alpukat dikemas                dalam karung-karung plastik/keranjang, lalu diangkut dengan menggunakan                truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya                menggunakan kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum                dimasukkan ke dalam kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue,                kemudian diatur sususannya dengan diselingi penyekat yang terbuat                dari potongan karton.
Alpokat digolongkan dalam 3 macam ukuran berdasarkan                berat, yaitu: 
-  Alpokat besar : 451-550 gram/buah 
-  Alpokat sedang : 351-450 gram/buah
-  Alpokat kecil : 250-350 gram/buah
Sedangkan syarat mutu adalah sebagai berikut: 
-  Kesamaan sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragam; cara                  pengujian organoleptik
-  Tingkat ketuaan: mutu I tua tapi tidak terlalu matang; mutu                  II tua tapi tidak terlalu matang; cara pengijian organoleptik
-  Bentuk: mutu I normal; mutu II kurang normal; cara pengujian                  organoleptik
-  Kekerasan: mutu I keras; mutu II keras; cara pengujian Organoleptik
-  Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragam; 
-  Kerusakan (bobot/bobot): mutu I maks 5%; mutu II 10%;
-  Busuk (bobot/bobot): mutu I maks 1%; mutu II 2%;
- Kotoran: mutu I bebas; mutu II bebas; cara pengujian organoleptik
Pengemasan
- Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh dan segar,                dikemas dalam keranjang bambu/bahan lain yang sesuai dengan/tanpa                bahan penyekat, ditutup dengan anyaman bambu/bahan lain, kemudian                diikat dengan tali bambu/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi                permukaan kemasan dengan berat bersih maksimum 20 kg.Di bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan                antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, daerah asal,                nama/kode perusahaan/eksportir, berat               bersih, hasil Indonesia dan tempat tujuan. [baca juga Budidaya Tanaman Pala]
Demikian artikel tentang Budidaya Alpukat/ Avokad , semoga dapat memberi manfaat 
Tags: 
Budidaya Alpukat, Budidaya Tanaman Alpukat, Budidaya Buah Alpukat, Budidaya Alpuket, Budidaya Tanaman Alpuket, Budidaya Buah Alpuket, Budidaya Alpoket, Budidaya Tanaman Alpoket, Budidaya Buah Alpoket, Cara Budidaya Alpuket, Teknik Budidaya Alpuket, Jenis/ Varietas/ Ras Alpuket, Manfaat Alpuket, Sentra Tanam Alpuket, Syarat Pertumbuhan Tanaman Alpuket, Bibit Alpuket, Teknik Penanaman Alpuket, Pemeliharaan Tanaman Alpuket, Hama dan Penyakit Alpuket, Panen Alpuket, Mutu Alpuket, Alpuket, Alpokat, Boah Pokat, Jamboo Pokat, Advokat, Jamboo Mentega, Jamboo Pooan, Pookat